THE STAR HILL ECONOMIST!
Beberapa minggu sudah, saya sedang melakukan penggambaran di Bukit Bintang. Adakalanya semasa waktu 'tidak sibuk' saya berjalan-jalan disekitar lokasi. Pada satu ketika semasa saya berdiri tidak jauh daripada lokasi penggambaran, saya telah di'approached' oleh seorang lelaki berusia dalam pertengahan 40an. Berikut adalah 'lebih kurang' apa yang beliau cakapkan kepada saya
".....Malaysia sekarang sangat susah. Harga senua barang sudah naik. Petrol naik! Gas naik! Interest naik! Air pun naik! Mamak pun kasi naik harga teh tarik. Tapi itu teh dia tarak kasi tarik tinggi-tinggi. Sayur, ikan & ayam pun ada naik."
"Semua sebab itu perang punya pasal lah. Sebab itu perang, minyak mesti naik. Semua gaduh sebab mau rebut itu minyak. Bila minyak naik, itu barang mau bikin makanan ayam mesti naik harga. Lu tau amacam itu harga barang mau bikin makanan ayam (dedak) boleh naik? Mau bawak itu dedak mesti pakai lori mah! Mesti mau pakai petrol kan? Itu mesin mau bikin baja pun mesti pakai petrol jugak. Itu macam, baja punya harga mesti naik. Jadi, harga sayur pun naik."
"Tapi ada satu barang jugak tarak naik harga. Saya punya bisnes tarak naik harga. Saya banyak kesian sama orang. Kalau saya naik harga, saya punya customer mesti tarak happy. Saya punya kerja kena bikin customer happy. Kalau diorang tarak happy, bisnes tarak jalan. Kalau bisnes tarak jalan, saya banyak susah hati. Bukan itu saja, bisnes saya punya kualiti pun sudah naik. Saya sudah tarak bawa masuk dari China. Sekarang semua saya bawak masuk orang putih punya barang. Russia mari. Harga maintain macam dulu juga, RM300 satu malam!"
Begitulah bunyinya pandangan ekonomi seorang bapak ayam.